Rabu, 29 April 2020

Mengambil Pelajaran dari Netflix: The Dawn Wall

Tokyo, 30 April 2020

Gw lagi pengen bahas film dokumenter yang gw tonton di Netflix, judulnya The Dawn Wall. Film ini mengisahkan perjalanan dua orang; Tommy Caldwell dan Kevin Jorgeson, yang punya hobi panjat tebing, lebih spesifiknya free climbing.

The Dawn wall
Rilis:2017

Is 'The Dawn Wall' available to watch on Netflix in Australia or ...


Dikisahkan mereka berdua merencanakan memanjat El Capitan melalui jalur yang belum pernah di lewati orang sebelumnya. Project ini dinilai tidak mungkin oleh para free climbing profesional lain. Alasannya permukaan tebing yang akan menjadi jalur pendakian oleh Tommy dan Kevin tidak memiliki celah untuk pegangan jika adapun memiliki tingkat kesulitan sangat tinggi.

The Dawn Wall: El Capitan's Most Unwelcoming Route - The New York ...

Jalur pendakian dibagi menjadi beberapa save point. Titik tersulit pendakian ada di Pitch 15 dan Crux Dyno. Dimana Tommy dan Kevin menghabiskan banyak waktu dan usaha untuk melaluinya. Tommy dapat melalui Pitch 15 lebih cepat dari Kevin yang kesulitan hingga memerlukan waktu hingga berhari-hari. Awalnya mereka berdua memutuskan agar Tommy melanjutkan pendakian tanpa menuggu Kevin. Hingga akhirnya Tommy berhasil melewati Wino Tower. Tapi Tommy memutuskan untuk berhenti menunggu Kevin untuk menyelesaikan pendakian bersama. Pada akhirnya Kevin dapat melewati Pitch 15 and menyusul Tommy hingga akhirnya dapat menyelesaikan pendakian bersama sama. Pendakian mereka menjadi sorotan media di Amerika karena ini pertama kalinya free climbing melalu jalur yang banyak orang mustahil. 

Di film ini gw mendapat pelajaran tentang semangat, kegigihan, kerjasama, saling percaya dan tenggang rasa yang ditunjukkan Tommy dan Kevin.
Ada suatu kondisi dimana Kevin berfikir bahwa dirinya adalah penghalang Tommy untuk maju, sehingga dia merasa down karena gagal melewati Pitch 15. Saat Tommy berhasil melewati Wino Tower dia bahagia karena telah berhasil berhasil melalui 2/3 El Capitan, tapi dia merasakan ada yang kurang, yaitu ketiadaan Kevin. Tommy memutuskan untuk menunggu Kevin tidak peduli berapa waktu yang diperlukan dia hanya mau menyelesaikan pendakian ini berdua dan mensupport Kevin. hingga akhirnya Kevin berhasil melali Pitch 15 dan Crux Dyno  hingga akhirnya dapat menyusul Tommy di Wino Tower. Mereka melanjutkan pendakian bersama dan menyelesaikannya bersama-sama dalam waktu 20 hari.

     


 

Minggu, 26 April 2020

Mengulas Netflix:Chasing Coral

Tokyo, 26 April 2020

Sudah lebih dari 5 tahun sejak tulisan gw terakhir tentang Ulensentalu di 2015. April 2020 menjadi awal kembalinya gw mencoba mulai menulis lagi sebagai bentuk latihan untuk menuangkan pengalaman, dan pemikiran gw. Pada tulisan peratama ini gw mencoba mengulas tentang sebuah film dokumenter sains di Netfilx yang berjudul Chasing Coral.

Netflix : Chasing Coral
Rilis 14 Juli 2017

Chasing coral, a hymn to the ocean - Coral Guardian


Dari dulu gw udah suka sama film dokumenter tentang alam dan kehidupan. Semalam gw lagi lihat netflix dan lagi pengen lihat tentang kehidupan bawah laut. Karena menurut gw dasar laut itu masih menyimpan banyak rahasia, dan setiap melihat dasar laut gw selalu takjub sama keiindahannya. Gw pernah snorkeling di beberapa tempat di Indonesia dan itu luar biasa, Indonesia punya banyak tempat bagus.

Di film Chasing coral ini bercerita tentang sekelompok ilmuwan yang melakukan penelitian terhadap karang. Mereka mengamati perubahan terhadap karang diberbagai tempat di dunia, salah satunya di negara bagian USA, Florida. Mereka melihat bahwa karang selama 30 tahun dasar laut Florida berubah, hampir seluruh karang di sana telah mati.

Tahukah kamu kalau ternyata karang adalah mahluk hidup? Ya mereka adalah mahluk hidup yang memeliki struktur anatomi yang kompleks. Mereka menyebut bawa karang adalah hewan laut. Dibagian luar Karang, mereka di kelilingi oleh ribuan strusktur kecil yang bernama polyps. Setiap polyps adalah mulut yang berbentuk lingkaran yang dikelilingi oleh tentakel. Dibagian dalam karang terdapat jutaan microalgae per cm persegi yang berfotosentesis menghasilkan sumber energi untuk karang agar bisa hidup dan berkembang. Saat karang tumbuh bagian keras (tulang) nya akan membesar dan polyps akan bertambah banyak. Karang berfotosintesis di pagi dan malam hari. Karang memiliki jutaan spesies, tiap spesies memiliki bentuk yang berbeda. ada yang berbentuk seperti bongkahan batu hingga seperti daun dan piring besar, beberapa karang juga ada yang berstrktur lunak. 

Dalam perjalanannya para peneliti ini menemukan fenomena dimana karang berubah warna menjadi putih. Hasil penelitian yang mereka lakukan, perubahan warna karang menajadi putih bukan diakibatkan oleh penyakit atau terlalu banyak terpapat cahaya. Perubahan warna pada karang disebabkan kenaikan suhu air laut. Dalam penelitiannya, kenaikan suhu 2 derajat celcius dapat menyebabkan karang berubah warna menjadi putih.

Perubahan warna ini disebut coral bleaching. Coral bleaching adalah respon dari tubuh karang seperti halnya manusia saat terkena sakit demam. Saat terjadi perubahan temperatur secara tiba-tiba microalgae dalam tubuh karang terganggu sehingga proses fotosintesis dalam karang tidak dapat bekerja. Saat karang menjadi putih itu menandakan bahwa dia karang tersebut akan segera mati.

Hasil pengumpulan data suhu air laut secara global selama beberapa dekade menunjukan bahwa suhu air laut naik. Antara tahun 1997-1998 suhu air laut meningkat tinggi sehingga terjadi Global Mass Bleaching untuk pertama kalinya. Kenaikan suhu terus terjadi, puncaknya pada tahun 2010, dimana terjadi perubahan global mas bleaching untuk kedua kalinya. Trend data menunjukkan kenaikan suhu akan terus terjadi.   

Para peneliti ini mencari cara untuk meyakinkan dunia bahwa global warming tidak hanya berdampak di permukaan tanah saja tapi juga di dalam air. Untuk itu mereka bekerjasama dengan fotografer bawah laut untuk membuat time-laps video perubahan warna karang. Penelitian dilakukan di the Great Barrier Reef Australia. Setelah 2 bulan melakukan pengambilan gambar karang secara manual, mereka mempresentasikan dan menunjukkan ke dunia jika saat ini ecosystem laut sedang terancam.

Berdasarkan trend data kenaikan suhu global, diperkirakan dalam 30 tahun kedepan coral bleaching akan mengakibatkan lebih banyak karang didunai mati. Jika kita tidak mengatasi pemanasan global maka kita berpotensi kehilangan ecosystem laut yang sangat penting ini dan jutaan orang didunia akan terkena dampaknya.

Film ini mengajari gw akan pentingnya ecosystem laut, dimana karang merupakan rumah bagi banyak hewan laut dan sebagai pertanda bahwa laut sehat. Kerusakan karang juga terjadi di Indonesia, karang yang rusak mengkibatkan hilangnya ikan. Yuk partisipasi menggurangi kerusakan alam sebisa mungkin, mulai dari buang sampah pada tempatnya, mengurangi penggunaan alat makan/minum sekali pakai dan lainya yang bisa kita lakukan. Kalau alam ini rusak yang menderita bukan hanya kita tapi juga generasi berikutnya. 



 

Kamis, 03 September 2015

Ullen Sentalu, Museum Seni dan Budaya Jawa

Setelah 1 tahun lebih nggak menulis di blog akhirnya baru mulai lagi. Mudah-mudahan masih bisa diterima tulisannya hehehe. Selama rehat nulis ada banyak cerita yang belum di tulis, semoga masih inget dan berkenan untuk dibaca.  Memulai tulisan kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya dan teman-teman berkunjung ke Museum Seni dan Budaya Jawa atau yang lebih terkenal dengan sebutan Museum Ullen Sentalu. 

Ullen Sentalu merupakan singkatan dari "ULating bLENcong SEjatiNTAtarining  LUmaku". berasal dari bahasa jawa yang artinya "Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan". Blencong adalah lampu minyak yang digunakan dalam pertunjukkan wayang kulit. 

Museum Ullen Sentalu didirikan oleh keluarga Haryono yang masih keturunan keraton Yogyakarta. Museum yang mulai dirintis pada tahun 1994 dan diresmikan 1 Maret 1997 ini didirikan di kaki triangulasi gunung Turgo, Merapi serta Plawangan dengan area seluas 1,2 Hektar yang dikembangkan. Area tersebut secara filosofis dinamakan nDalem Kaswargan atau Rumah Surga. 

Oke segitu aja sejarahnya sekarang kita menuju Museum Ullen Sentalu yang beralamat di jalan Boyong KM 25, Kaliurang Barat, Sleman, Yogyakarta.  
Pintu masuk Museum Ullen Sentalu (8 November 2014)
Tempat parkir kendaraan roda dua (8 November 2014)
Jalan menuju pintu masuk museum (8 November 2014)  
November 2014 adalah kali pertama saya datang ke museum ini bersama dengan teman-teman kuliah di STTN. Kami sampai di lokasi jam 8.00 pagi jadi belum ada yang jaga di pintu masuk dan loket penjualan tiket. Jam buka Museum ini mulai dari jam 8.30 pagi sampai 16.00 sore pada hari Selasa hingga Jum'at, dan pada hari Sabtu Minggu buka dari jam 8.30 pagi sampai 16.30 sore, sedangkan untuk hari Senin Museum tutup. Tiket masuk untuk Wisatawan Lokal Rp. 30.000 untuk dewasa dan Rp. 15.000 untuk anak usia 5-16 tahun.   Sedangkan Tiket masuk untuk Wisatawan Mancanegara Rp. 50.000 untuk dewasa dan Rp.30.000 untuk anak usia 5-16 tahun. Parkir roda dua dan roda empatnya gratis.

Tengah depan Andy Prasetyo, dari kiri Zulfikar Elran, Agus Nurrachman, Ovada Natalia, Fajar Julianto, Ferdy Fernando
( 8 November 2014)
Agenda Wajib ke Museum ini adalah foto didepan pintu masuk museum, yang ambil foto mba-mba penjaga pintu masuk.  

Loncat ke Juli 2015, saya kembali lagi ke Museum Ullen Sentalu kali ini mengajak Avinda a.k.a Istri dan Andy yang lagi punya waktu luang buat nemenin kita jalan-jalan. Kali ini kami ke Ullen Sentalu siang hari jam 13.00 dan ternyata sedang banyak pengunjung (rombongan wisata). 
Loket pembelian tiket masuk Ullen Sentalu (31 Juli 2015)
Harga tiketnya masih sama dengan tahun 2014

Agenda Wajib foto didepan pintu masuk museum ,dari kiri Avinda, Agus N, Andy P 
Sebelum masuk museum kita akan dikenalkan dengan seorang pemandu yang akan mendampingi kita selama selama berada didalam museum. Pertama pemandu akan menjelaskan peraturan selama didalam museum, diantaranya adalah tidak merokok, makan dan minum selama tour, tidak boleh menyentuh benda koleksi, tidak boleh mengambil gambar atau merekam benda koleksi. 

Ruangan pertama yang dikunjungi adalah Guwa Selo Giri (Gua Batu Gunung). Didalam ruangan ini terdapat ruang selamat datang, ruang pameran gamelan dan ruang pemeran foto-foto. Selama tour berlangsung pemandu akan menceritakan sejarah dari tiap koleksi, kita juga dibolehkan bertanya kepada pemandu. 

Ruang kedua adalah  Kampung Kambang yang terletak diatas air (mengambang) dibangun menyerupai kampung rumah orang Kalang yang tinggal di ibukota kuno Mataram Kini atau Mataram Islam periode Pertama (Mataram Islam periode Kedua adalah kurun waktu setelah perjanjian Giyanti) di Kotagede dengan jalanan sempit menyerupai gang dan dibuat berkelak-kelok menyerupai struktur labirin Minoan. Kampung Kambang terdiri dari lima ruang pamer museum, yaitu: Ruang Syair  untuk Tineke, Royal Room Ratoe Mas, Ruang Batik Vorstendlanden, Ruang Batik  Pesisiran, dan Ruang Putri Dambaan. 

Tempat ketiga adalah Koridor Retja Landa, museum luar ruangan yang memamerkan arca dewa-dewi Hindu dan Buddha dari abad ke-8 masehi. salah satu arca yang menarik adalah Ganesha. Perut Ganesha yang "buncit" memiliki filosofi yang menarik, konon sangking banyaknya ilmu pengetahuan maka sebagian disimpan dalam perutnya, sehingga perutnya membesar karena penuh dengan ilmu pengetahuan. 

Ruang Keempat adalah Sasana Sekar Bawana, di ruang ini dipamerkan beberapa lukisan raja Mataram, lukisan tari sakral  Bedhaya Ketawang, serta lukisan dan patung dengan tata rias pengantin gaya  Yogyakarta. setelah selesai menjelaskan koleksi diruangan ini kami dibawa ke ruang istriahat dan disuguhkan dengan minuman spesial yaitu Ratu Mas. Minuman ini merupakan resep rahasia racikan Kanjeng Ratu Mas, yang terdiri dari 7 bahan alami dan dipercaya bisa memberi kesehatan serta membuat awet muda. 

Terakhir kita dibawa ke ruang terbuka dimana ada relief dewi yang dipajang secara miring, yang memiliki makna untuk mengingatkan pemuda pemudi kita saat ini yang sudah sudah mulai bergeser ke kebudayaan asing untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan lokal. 


Releif Miring (8 November 2014)











Relief Miring (31 Juli 2015)


Di Ruang terbuka ini kita dibolehkan mengambil foto di depan relief miring tersebut. Tak terasa sudah 50 menit kita mengelilingi museum Ullen Sentalu dan ini merupakan akhir dari tour. selanjutnya kita dibawa keluar melalui gerbang belakang dimana ada Restoran Buekenhof dan Galeri untuk membeli oleh-oleh. 

Sekian dulu cerita kami jalan-jalan mengelilingi museum Ullen Sentalu, sampai ketemu di perjalan kami berikutnya... 


Sumber : 
  1. http://ullensentalu.com/
  2. https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Ullen_Sentalu



 



Kamis, 29 Mei 2014

Ceritanya Mengejar Matahari Terbit di Embung Ngelanggeran

Kali ini ceritanya saya penasaran sama gambar yang dikasih Andy (Teman kuliah) tentang suatu tempat diatas Gunung Api Purba, katanya di daerah Ngelanggeran. Akhirnya untuk membuktikan keindahannya maka saya, Andy dan Ana (Teman kuliah) nekat berangkat jam 4 pagi menuju tempat yang sama sekali kita belum pernah lewati. 

Pagi 24 Mei 2014 Jam 03.50 WIB saya dan Andy dengan dua motor sudah berada di depan tempat kos Ana, jam 04.00 WIB kami sudah siap berangkat. Perjalanan dimulai dengan ritual mengisi bensin hingga penuh supaya aman dari kehabisan bahan bakar, andai sampai kesasar. Dari informasi yang didapat, lokasinya tidaklah terlalu jauh, sekitar 40menit dari daerah Jogja. Saya juga menggunakan GPS dan peta dari Hp Nokia 620 untuk menunjukkan jalan menuju lokasi wisata Gunung Purba, yang katanya Embung Ngelanggeran tidak jauh dari sana.

Perjalanan dimulai melalui Ringroad selatan menuju jalan Wonosari, kemudian melewati Bukit Bintang, setelah itu ada perempatan besar, belok kiri  menuju desa Ngoro-oro. Nah, memasuki desa ini kita akan di sajikan jalan yang gelap gulita, karena kurangnya lampu penerangan jalan ditambah sepinya jalan dipagi hari, menambah "seru" perjalanan. Sepanjang jalan kami "baca-baca" karena jalan didepan benar-benar membuat kami deg-degkan, karena kadang ujung jalan tidak terlihat, karena jalan naik turun dan berliku-liku khas pegunungan. didesa ini terdapat banyak sekali tower menara relay dan tower stasiun televisi. Kami mengikuti di bimbing GPS kami melewati Puskesmas, kemudian belok kekiri menuju Patuk II. Ikuti jalan hingga akhirnya sampai dilokasi wisata Gunung Purba. Sampai disini saja GPS mampu menunjukkan jalan, akhirnya kami bertanya dengan penjaga parkir dan menunjukkan arah ke Embung Ngelanggeran, Kata Penjaga parkir, " ini pertigaan ambil kiri trus nanti ada tulisan kebun buah ambil kiri lagi". Berbekal petunjuk arah dari penjaga parkir, kami melanjutkan perjalanan dan akhirnya tiba juga di pintu masuk kebun buah Ngelanggeran.

Untuk masuk ke lokasi wisata Embung Ngelanggeran di kenakan biaya retribusi sebesar Rp.5000 (siang hari) dan Rp.7000(malam hari) sedang untuk naik ke Gunung Purba dikenakan biaya Rp.7000 (siang hari) dan Rp.9000 (malam hari). Pintu masuk ini bukanlah akhir perjalanan, diperlukan berkendara sampai lokasi parkir yang letaknya dekat dengan Embung. Perjalan menuju lokasi parkir membutuhkan skill yang tinggi, karena jalannya masih berupa batu-batu, dan cukup terjal tanjakannya, ditambah kondisi yang lebih gelap dibanding jalan desa Ngoro-oro, menambah tegang perjalan, rasanya seperti masuk ke dunia lain hehehe.
Sampai dilokasi parkir, ada dua tempat parkir, dibawah dan diatas. Lokasi parkir diatas ada warungnya jadi kami parkir disini, parkir dibawah lumayan jauh juga jalannya. Tanya-tanya sama ibu yang di warung klo ke embung tinggal naik dari tanggal yang sudah ada, tapi klo ke Gunung Purba harus jalan kaki kira-kira 1 jam dan klo malam harus ditemani sama penjaganya, karena takut kesasar.

awalnya hanya kami berdua yang ada disini, tapi tidak lama berselang ada rombongan bermotor juga yang sampai. kami segera naik ke Embung supaya dapat momen yang katanya Andy romantis. Sayangnya kami tidak bawa kamera, sehingga hanya menggunakan Hp saja untuk foto-foto.


foto Andy waktu lampu di Embung masih menyala
foto Ana waktu lampu Embung pas lampu dimatikan
Dari lokasi Embung kami melihat kebawah itu hamparan awan, jika difoto terlihat seperti air, wih... keren banget.  Tapi sayangnya kami gak bisa melihat matahari terbit dari sini, karena ternyata tertutup oleh Gunung Purba.
 
Embung Ngelanggeran 
Ana & Andy dari atas Embung
Panorama Embung Ngelanggeran

Salah satu pemandangan dari sisi kanan Embung
Andy & Ana dengan latar belakang bebatuan gunung
Ana & Andy di salah satu bale dengan latar belakang hamparan awan

Jalan Pulang dari arah Embung
Matahari sudah mulai meninggi, perut kami sudah mulai keroncongan, kami putuskan untuk segera kembali ke kosan dan membeli sarapan disana. 
 


Minggu, 23 Februari 2014

Ceritanya Keliling Pulau Bali Day 3

Akhirnya masuk juga ke hari ke tiga dan akhir dari perjalann dari perjalanan kami selama di pulau dewat ini. 
Pada hari ketiga ini perjalanan kami sedikit tertunda karena hujan cukup deras mengguyur bali di pagi hari ini walaupun ada jas hujan di motor tapi kami enggan berbasah-basahan, karena rencana perjalan hari ini cukup jauh. Jam telah menunjukkan angka 9.00WITA dan hujan telah reda, kami segera bergegas pergi untuk mengejar waktu. Sebelum memulai perjalanan kami mampir dahulu ke pusat oleh-oleh Krisna di daerah Kuta untuk membeli beberapa cindera mata untuk dijadikan buah tangan sekaligus sebagai proyeksi harga untuk menawar nanti di pasar sukawati, hehehe. Setelah beberpa cinderamata dan beberapa oleh2 khas bali kami lanjutkan perjalanan, tujuan pertama kami adalah pantai Sanur, untuk menuju kesana saya dengan PeDe (Percaya Diri)  tidak menggunakan GPS, hanya berpatokan pada petunjuk jalan karena saya pikir akan mudah menemukannya. Ternyata perkiraan saya meleset, saya berjalan terlalu memutar sehingga menempuh rute yang cukup jauh, sebelum makin jauh, akhirnya saya putuskan untuk menggunakan bantuan GPS dari Nokia 620. Akhirnya kami di pandu melalui rute yang cukup cepat, dan akhirnya sampai juga di daerah Sanur, Pantai yang pertama saya kunjungi adalah pantai batu kapur.

pantai batu kapur
 Setelah dari pantai batu kapur kami mencoba mengunjungi pantai Sindhu yang juga masih di daerah Sanur, pemandangan pantainya hampir sama dengan pantai batu kapur, hanya saja di pantai ini lebih ramai dengan para pedagang.
Jam telah menunjukkan jam 11.00WITA perut sudah mulai keroncongan tapi masih harus membeli oleh-oleh dulu. Tujuan kami berikutnya adalah Pasar Seni Sukawati, pasar yang katanya wajib dikunjungi bila pergi ke Bali. Sampai di Pasar Sukawati kami segera masuk untuk mencari beberapa pakaian khas bali untuk dijadikan oleh-oleh. Dengan bekal gambaran harga di Krisna, kami pun menawar dengan harga yang jauh dari harga di sana, kami coba menawar sampai 1/2 harga yang ditawarkan para penjual di pasar ini, akhirnya setelah negosiasi yang cukup  baik dapatlah harga yang oke. Kesan kami berbelanja di pasar Sukawati ini cukup nyaman, dengan para penjual yang ramah dan masih mau diajak negosiasi harga walau kami menawar sampai 1/2 harga yang ditawarkan. Selesai berbelanja kami melanjutkan perjalanan menuju tempat makan yang direkomendasikan oleh banyak orang yaitu Bebek Bengil di daerah Ubud. 

Bebek Bengil + Lemon Tea & Bebek Samabal Hijau + Lemon
 Tidak butuh waktu lama untuk mencapai lokasi Restoran Bebek Bengil ini. Sesampainya disana kami langsung disambut baik oleh para pelayannya, saat diantar menuju tempat makan, kita disuguhi oleh pemandangan sawah di dalam area restoran, dibelakang restoran in juga terhampar sawah yang luas. Kami memesan seporsi bebek bengil + lemon tea dan seporsi bebek sambal hijau + lemon. Saat pesanan kami datang saya kaget karena ukuran bebeknya besar sekali. Rasa bebek bengilnya enak banget, kulitnya kering tapi dagingnya masih basah dan lembut, sambal mata nya juga juara enak bangettt... dijamin kenyang deh makan seporsi bebek bengil ini. untuk yang bebek sambal hijaunya juga rasanya enak, bedanya bebeknya sudah dilumuri dengan sambal hijau, disajiakan dengan nasi jagung, eemm yummy.

Tanah Lot
Selesai makan kami tidak langsung pergi tapi kami masih mau besantai-santai dulu disini menikmati suasana sawah sambil beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan kami berikutnya yang lumayan cukup jauh yaitu menuju Tanah Lot.
Perjalanan menuju Tanah Lot dimulai, kami mengeset GPS dan mulai menyusuri daerah persawahan didaerah Ubud ini. Sepanjang jalan di daerah ini kami juga melihat banyak yang menjual aneka kerajinan kayu, sama halnya seperti waktu di jepara. Perjalanan menuju Tanah Lot ini menyenangkan, karena kami melewati daerah yang masih asri, banyak sekali sawah dan jalan yang sepi sehingga sedikit polusi udaranya.
Akhirnya sampai juga di Tanah Lot. Untuk masuk ke Tanah Lot kita wajib membayar tiket masuk sebesar 8000/orang. Hari ini Tanah Lot sedang ramia dikunjungi wisatawan, kami coba menjelajah ke sekeliling daerah ini. pemandangannya indah sekali, hanya sayang cuacanya mendung sehingga agak sangsi untuk dapat melihat matahari tenggelam dari sini, maka kami putuskan untuk kembali ke hotel sebelum gelap.
Sesampainya di hotel badan kami rasanya pegal semua, maka istri ku mencoba memesan pijat yang ada di Spa hotel kami menginap. Selesai di pijat, badan kami kembali segar, diikuti perut kami yang kembali keroncongan, maka kami langsung cari makan di sekitaran hotel. Kami menemukan warung makan yang juga ramai dibicarakan oleh banyak backpacker yang itu warung Ibu Rima, yang ada di daerah kuta. Saya memesan nasi dengan ayam goreng sedang istri saya memesan nasi dengan ikan lele.  Rasa masakannya enak, sambalnya pedesnya mantep, patut dicoba deh dan yang pasti harganya terjangkau, tapi warungnya hanya buka di malam hari.
Setelah perut terisi kami kembali ke hotel untuk nersih-bersih dan beres-beres karena besaok pagi jam 6.00WITA kami sudah harus terbang ke jakarta. Oiya ada satu laginoleh-oleh yang wajib dibawa yaitu Pai Susu, yang terkenal sjh namanya Pai Susu asli enak, kami membelinya dengan cara pesan via telepon dan minta diantar ke hotel dengan tambahan ongkos kirim, klo bisa pesannya dari 2 hari sebelumnya, supaya tidak habis dan bisa diantar.
Jam 9.00WITA, saya janjian di loby hotel dengan orang yang akan ambil motor dari rental motor, karena saya saya meminta diambil nya setelah jam jemput rental ini berakhir maka saya dikenakan biaya tambahan Rp20.000.
Oke sekian perjalanan kami mengelilingi Pulau Bali, memang tidak semua objek wisata kami datangi dan tidak semua makanan khas bali kami cicipi, tapi pengalaman menyusuri jalan dan menikmati indahnya pemandangan pulai ini cukup menjadi memori tersendiri untuk kami. jiahh... sok-sok-an hehehe...

Pantai Batu Kapur Rp.2.000 (parkir)
Pantai Sindhu  Rp. 2.000 (parkir)
Pasar Sukawati Rp. 2.000 (parkir)
Makan Siang Bebek Bengil Rp.230.000 (lupa berapa pastinya)
Tanah Lot Rp.8000/orang
Warung Nasi Ibu Rima Rp. 25.000
Pai Susu Asli Enak Rp. 200.000
Bensin Rp.14.000
Biaya jemput motor Rp.20.000
Taksi dari Hotel ke Bandara Rp.33.000 
 

Jumat, 07 Februari 2014

Ceritanya Keliling Pulau Bali Day 2

Setelah keliling pulau bali day 1 saya akan melanjutkan cerita pengalaman keliling pulau bali pada hari kedua kami. 
Perjalanan hari ke dua 22 Januari 2014
Pagi hari ini cuaca cukup cerah, sehingga mendukung jadwal kami untuk mengelilingi bagian selatan pulau Dewata ini. Ya kami akan mencoba mengunjungi beberapa pantai yang menurut informasi adalah surga yang tersembunyi. 
Sebelum memulai petualangan ada baiknya sarapan terlebih dahulu, menu sarapan hari ini adalah roti tawar dengan selai susu cokelat hehehe,,, selain hemat juga cepat, jadi ngga kelamaan sarapan. Oke selesai sarapan kami memanaskan motor sebentar, sembari menghidupkan GPS dan Peta Nokia 620 untuk memandu kami menuju tempat yang akan kami kunjungi.        
Oke tujuan pertama kita adalah pantai Pandawa... Dari daerah Kuta saya mengambil jalan menuju Nusa Dua melalui Tol Mandara. lalu melewati daerah perkampungan yang masih banyak dengan pohon-pohon, dan akhinya sampai juga di pantai Pandawa. untuk menuju tempat ini kita akan disuguhi dengan pemandangan gunung kapur dan beberapa tebing dengan ukiran patung dewa-dewa. 


Pantai Pandawa ini termasuk pantai yang masih sepi dan masih bersih. Setelah puas menikmati pantai Pandawa kami akan melanjutkan perjalanan ke pantai yang tak kalah menariknya yaitu pantai Karma Kandara. So nyalakan GPSnya kembali dan tancap gas ke Karma Kandara. 


Untuk mencapai pantai Karma Kandara dibutuhkan perjuangan yang besar, karena harus menuruni setidaknya 390 anak tangga, tapi perjuangan itu dibayar lunas dengan pemadangan pantai Karma Kandara yang indah ini. ternyata perjalanan keluar dari pantai ini menjadi 2 kali  lipat karena kita harus menaiki tangga yang tadi kita turuni. Sebenarnya ada cara yang lebih mudah untuk menuju ke pantai ini dengan menggunakan lift, tetapi kita harus membayar cukup mahal. Oke setelah sampai diatas kami putuskan untuk langsung melanjutkan ke pantai berikutnya yaitu pantai Padang-Padang..

Di tengah perjalanan menuju Pantai Padang-Padang kami mampir ke warung waralaba yang selalu  ada berdampingan itu untuk membeli air minum karena bekal air minum kami telah habis karena perjuangan menaiki tangga di pantai Karma Kandara tadi hehehe... Setelah mengisi perbekalan kami lanjutkan perjalanan menuju pantai Padang-Padang.


 Untuk mencapai pantai Padang-Padang ini ada dua rute yang bisa di lalui yaitu lewat tangga sebelum jembatan dan lewat Pura seperti yang dilalui oleh Julia Robert dalam film eat pray and love nya. Kami memilih  untuk melewati pura dan merasakan sensasi melewati celah batu karang. Di pantai ini banyak sekali bule yang berjemur, padahal mataharinya panas banget, suasana pantai yang tidak begitu ramai dan pantai yang tidak telalu berombak mungkin menjadikan tempat ini menjadi pilihan para turis untuk "membakar" kulitnya.
Oke mari kita lanjutkan perjalanan ini menuju pantai Dreamland. Dari pantai Padang-Padang menuju Pantai  Dream Land tidak begitu jauh, lokasi pantai Dreamland ini berada pada komplek perumahan mewah. 
Pantai Dreamland tidak begitu besar, hampir sama seperti pantai Padang-Padang dan di pantai ini terdapat payung-payung yang disewakan pada wisatawan yang datang. Di Pantai ini kami beli Pop mie untuk menggajal perut karena telah memasuki jam makan siang. sembari makan mie sembari menikmari hembusan angin pantai yang kencang. Setelah menghabiskan penggajal siang kami, perjalanan dilanjutkan menuju pantai Balangan.   
Perjalanan menuju pantai ini lumayan cukup jauh, saya hampir tidak yakin dengan jalnnya karena terasa seperti berputar dan sangat sepi sekali jalanannya. Dengan mengandalkan peta dan GPS pada Nokia 620 akhirnya kami sampai juga di pantai Balangan. Pantai ini juga merupakan pantai yang sepi karena masih sedikit turis yang terlihat di sekitar pantai ini. 
 Karena hari telah menjelang sore dan perut kami kembali keroncongan akhirnya kami putuskan untuk mencari makan  siang menjelang sore ini. Karena ini hari rabu dan sedang ada promo potongan 50% maka kami putuskan untuk makan di KFC Nusa Dua sambil menunggu sore hari untuk makan malam di pinggir pantai Jimbaran.
Waktu telah menunjukkan jam 6 sore waktunya pergi ke Jimbaran untuk makan malam sambil menikmati pemandangan matahari tenggelam. Menu sore ini adalah Seafood dari Caviar Cafe Jimbaran. ditambah kelapa hijau wah lengkap sudah hari ini.

 Perut udah kenyang, kaki udah pegel, hari sudah menjelang malam waktunya kita kembali ke hotel untuk istirahat, karena besok kita masih ada jadwal mengelilingi Bali bagian tengah.

Pantai Pandawa : Rp 5.000 (Rp.2.000/orang + 1.000/motor)
Pantai Karma Kandara : Free
Pantai Padang-Padang : Rp.2.000
Pantai Dreamland : Rp 5.000 (Rp.2.000/orang + 1.000/motor)
Pantai  Balangan : Rp 5.000 (Rp.2.000/orang + 1.000/motor)
Makan Siang : Rp 45.000
Pantai Jimbaran: Rp 125.000 (makan malam)
Bensin : Rp 14.000
Bersambung ke Keliling Pulau Bali Day 3