Rabu, 12 Juni 2013

Ceritanya Touring ke Kampung Banduy

Tanggal 6 Juni 2013 kemarin saya beserta lima teman kantor mengadakan touring kecil-kecilan ke perkampungan Baduy di Banten. kenapa dibilang touring kecil-kecilan? soalnya yang ikut cuma 6 orang hehehe... kan biasanya klo touring banyakkan orangnya.

Berangkat ke Baduy...
Jam 6.00 pagi saya sudah bersiap berangkat ke titik pertemuan di perumahan pagedangan, saya mau mampir dulu ke rumah Pak Dedy Haryanto, salah satu teman yang juga ikut touring. Jam 6.30 saya sudah sampai di halaman depan rumah pak Dedy yang kebetulan juga sudah menunggu kedatangan saya. Sampai di sana saya disuguhi teh Tegal, yang rasanya hemmmm.. mantap. Sekilas rasanya mirip teh Tong Tji, tapi kata Istri pak Dedy kualitas teh Tegal satu tingkat diatas teh Tong Tji. Ada satu lagi saya juga di belakali jus apel yang juga dibawa pak dedy, wah terima kasih banyak ya Bu...
Jam 6.45 saya dan pak Dedy pamit berangkat ke depan perumahan dimana teman-teman yang lain akan berkumpul disitu. Akhirnya jam 7.00 kami berenam telah berkumpul dan siap berangkat. Peserta touring hari ini adalah saya sendiri, Pak Dedy, Pak Darno (leader), Pak Dian, Pak Ari, dan Ainur.  
Yang didepan memimpin jalan adalah Pak Darno, karena beliau yang sudah pernah kesana dengan naik sepeda. Hah sepeda??? iya benar beliau suka bersepeda dan ikut klub sepeda juga. Jalan yang dilalui itu adalah jalan-jalan kecil yang melewati beberapa perkampungan, kami sempat berhenti di sebuah perkampungan karena ada teman kami yang mau sarapan dulu. 

Dari kiri ke kanan Agus, Darno, Ari, Ainur, Dian (Foto by: Dedy haryanto, Canon 600D )
Setelah melewati perkampungan akhirnya kita melawati jalan propinsi yang dikiri dan kanannya masih alami, banyak terhampar lahan kosong, kebun dan sawah. Pemandangannya benar-benar menyejukkan mata, tapi sayang tidak saya ambil gambarnya. Beberapa kali pak Darno berhenti untuk bertanya arah jalan, hemm mungkin lupa jalannya kali yah pikir saya.. tapi biarlah yang penting sampe toh kita juga nyantai kan.  sampai suatu ketika kita ternyata salah jalan cukup jauh dan memutuskan untuk berputar dan melewati sebuah perkampungan yang jalannya luar biasa ekstrim... Bayangkan jalan menanjak tajam beralaskan bongkahan batu, diiringi dengan rintikan gerimis halus menambah licin bebatuan tersebut. Alhasil motor saya dan pak Dian kesulitan menanjak kaeran ban kami licin untuk medan seperti ini. Saat saya dan pak Dian masih berjuang menaklukkan tanjakan seorang ibu tua memberi tahu saya "jang kesana jalannya kobangan kebo" saya melirik dengan kode "gimana?" ke arah pak Dian dan kemudian dia berkata "terusss.." oke lanjut dan akhirnya sampai juga ke jalan yang normal. Ternyata benar apa kata ibu tua tadi jalan didepan itu seperti kubangan kerbau, tidak bisa dilewati oleh motor. Akhirnya kami putuskan untuk putar arah cari jalan lain. Dalam hati berkata "fuih perjuangan lagi nih turunnya hehehe". 

Tragedi jatuhnya duo "MoGe"
 Setelah berhasil menembus perkampungan akhirnya kami bertemu juga dengan jalan yang benar. Perjalanan dilanjutkan dengan kondisi cuaca yang gerimis. Jalan yang kami lalui ini cukup bagus dan pemandanganya juga masih alami, terlihat gunung Salak dan gunung Gede dari tempat kami berkendara. Saat kami sedang menikmat perjalanan tiba-tiba jalan didepan menikung tajam dan menurun, saya dengan segera mengurangi gigi transmisi supaya terjadi engine brake. Didepan saya pak Dedy kehilangan kendali, keluar menuju bahu jalan dan terjatuh, dari belakang saya muncul Ainur yang juga kehilangan kendali dan keluar jalur dan terjatuh. Alhamdulillah tidak ada luka serius pada pak Dedy dan Ainur, mereka hanya sedikit kaget aja. Untuk motor (suzuki Thunder) pak Dedy tidak ada kerusakan yang berarti hanya lampu depannya saja yang bengkok, sendangkan motor (Honda MegaPro) Ainur selain lampu depan bengkok, spion kanan patah dan tuas perseneling bawah bengkok, untungnya masih bisa di tarik sehingga masih bisa di buat jalan. Insiden ini terjadi karena ternyata pak Dedy dan Ainur masih menggunakan gigi empat sehingga motor melaju terlalu cepat dan sulit dikendalikan karena jalannan yang licin.

Perjalanan yang bertambah panjang...
Setelah mencari tahu penyebab terjadinya insiden tadi, kami melanjutkan kembali perjalanan menuju kampung Baduy dengan lebih hati-hati. Setelah tak kunjung sampai akhirnya pak Dian meminta untuk istirahat sejenak karena jam telah menunjukkan pukul 11.30. kami berhenti disebuah warung untuk membeli kopi dan beberapa camilan sambil beristirahat sejenak. Menurut pemilik warung kampung Baduy sudah tidak jauh, kira-kira tinggal 9 km. Setelah energi kemabali terisi kami melanjutkan perjalanan yang katanya tinggal 9 km lagi hehehe.. Ternyata benar, dalam 30 menit akhirnya kami sampai juga di desa Ciboleger Baduy. Sebelumnya diperkirakan perjalalan menuju Baduy akan memakan waktu 3 - 4 jam tapi pada kenyataanya perjalanan menghabiskan waktu 5 jam, dan ternyata kami telah melalui 133km jalanan. 

Awal yang buruk di Baduy...
Sampai di Baduy kami langsung cari tempat parkir yang ternyata sudah dikelola oleh warga sekitar. sambil beristirahat kami mencari mushola untuk sholat dan menyegarkan diri. Tidak sulit menemukan Mushola disini karena dari tempat parkir kubah mushola sudah terlihat jelas. Sayangnya di mushola tersebut tidak ada air, terpaksa harus berjalan kebelakang mushola. Dibelakang mushola ada sebuah bangunan mushola kecil dan  kamar mandi yang sudah tidak dipakai yang terlihat sudah rusak dan mengerikan. Disebelahnya ada sebuah bangunan seperti kolam penampungan air yang dibelah dua, satu untuk cuci dan satu untuk wudhu. cara wudhunya juga bukan menggunakan pancuran tapi dengan cara mengambil dari kolam dengan tangan. Jadi ingat cara wudhu di kampung-kampung jaman dulu. 
Selesai sholat berjamaah kami putuskan untuk makan dulu supaya tidak sakit dan kembali berenergi. Sayangnya tempat kami membeli makanan ini menunya tidak lengkap, hanya ada tahu berkuah, terlur berkuah, ikan goreng, ayam goreng dan ikan pesmol serta sambal. Saya memesan nasi dengan tahu berkuah dan ayam goren dengan sambal, saat saya mau makan ternyata daging ayamnya telah berjamur, akhirnya saya minta ganti telur berkuah, pak Dedy yang memesan  pesmol pun mendapati klo ikannya sudah sedikit basi, benar-benar pengalaman makan yang tidak mengenakan tentunya. mungkin saran buat teman-teman yang mau pergi ke Baduy untuk mencari rumah makan dulu sebelum sampai ke sini atau bisa membawa bekal dari rumah, karena saya amat sangat tidak menyarankan untuk makan disini. 
Untuk memasuki kampung Baduy sebenarnya tidak pungut biaya tapi karena ada oknum yang meminta akhirnya kami berikan Rp.20.000 untuk 6 orang. Hati-hati dengan orang yang selalu mengikuti dan  menunjukkan tempat-tempat disana.

Petualangan di kampung Baduy.
Oke lupakan makanan dan lupakan oknum, mari kita mulai petualangannya. Pemandangan yang disuguhkan pertama saat kita menuju kampung Baduy adalah deretan rumah adat yang didepannya di jadikan tempat untuk menjajakan kerajianan tangan khas orang Baduy dan dijadikan warung makanan ringan. 

Jualan kerajianan tangan

Jualan makanan ringan

Setelah melewati kampung ini kita akan melihat kumpulan perumahan masyarakat Baduy Luar yang letaknya sedikit keatas. Untuk menuju perkampungan Baduy ini cukup sulit mengingat kondisi jalan yang berupa tanah merah bercampur batu yang licin karena guyuran gerimis sepanjang hari.
Perkampungan Baduy
Setelah melewati perkampungan Baduy Luar yang satu ini kami bertemu dengan satu orang Baduy yang mengikuti kita bernama pak Yardi. Pak Yardi ini menemani kita berjalan menyusuri jalan setapak menuju kedalam perkampungan Baduy Luar lainnya, menurut cerita pak Yardi untuk menuju ke kampung Baduy Dalam diperlukan waktu 3-4 jam, rutenya pun tidak mudah harus naik turun gunung. Dalam perjalanan menuju kampung Baduy Luar lainnya kami menjumpai beberapa lumbung-lumbung padi masyarakat desa ini. 
Lumbung padi masyarakat Baduy
Pak Yardi Orang Baduy Luar














Ternyata jalan setelah melewati lumbung padi ini menjadi lebih ekstrim karena jalannya menanjak tinggi kemudian turun tajam ditambah kondisi berbatu dan licin sekali. Butuh konsentrasi dan keseimbangan untuk melewati jalan ini, kalo tidak berhati-hati bisa saja terjatuh dan terguling jauh.
Ainur berusaha menahlukkan tanjakan

Pak Darno dengan santainya menaiki jalan setapak sedengkan saya sudah mulai lemas
(Foto by: Dedy Haryanto Canon 600D )

Ranger Dedy Haryanto masih bersemangat mengangkat senjata sembari menyusuri jalan setapak
(Foto by : Ari Nikon Coolpix S)
Niat kami ingin berjalan sampai bertemu dengan jembatan kayu legendaris, tapi apa boleh dikata fisik dan waktu tidak memungkinkan saat ini waktu telah menunjukkan pukul 14.10, kami sekarang berada di sebuah perkampungan  kecil badul luar laiinya bernama kampung Balimbing, dari enam orang saya, Ainur dan pak Dedy sudah mulai kelelahan. Akhirnya petualangan harus berhenti disini, kami harus menyisakan tenaga untuk kembali ke rumah.  Sebelum jalan pulang foto bareng dulu...

Foto bareng (Foto by: NN Sony Nex F3)
Kembali ke pintu masuk
Bukanlah sebuah hal yang mudah dalam perjalanan kembali menuju ke pintu masuk kampung Baduy. butuh perjuangan yang ekstra kuat karena energi kita telah mulai habis. Untuk memulihkan tenaga saya minum bekal air putih yang disiapkan oleh istri saya tercinta dan juga minum beberapa teguk jus aple untuk mengambil gula sebagai bahan bakar energi. setelah dirasa cukup kami memulai langkah perjalanan ini dengan semangat mau pulang. hehehe... 
Korban yang jatuh dalam perjalanan ini adalah pak Dedy yang hampir pingsan dalam perjalanan karena kecapaian, setelah beristirahat melepas semua perlengkapan dan tiduran sebentar untuk mengembalikan sirkulasi darah agar kembali normal, akhirnya pak Dedy kembali bangkit. Agar bebannya berkurang pak Yardi menolong dengan membawakan perlengkapan pak Dedy yang cukup berat.
Perjuangan untuk pulang 
Perjalanan Pulang 
Setelah berjuang menaklukkan kampung Baduy sampai juga kami di pintu masuk saat jam menunjukkan pukul 15.40. Untuk menutup perjalanan kali ini kami berpose di pintu masuk kampung Baduy, kemudian kami beristirahat sebentar mengumpulkan energi untuk mengendarai motor menuju rumah. 


Sampai jumpa Baduy
Inilah akhir perjalanan saya dan teman-teman ke kampung Baduy, sampai ketemu lagi di cerita-cerita saya yang lainnya...