Kamis, 03 September 2015

Ullen Sentalu, Museum Seni dan Budaya Jawa

Setelah 1 tahun lebih nggak menulis di blog akhirnya baru mulai lagi. Mudah-mudahan masih bisa diterima tulisannya hehehe. Selama rehat nulis ada banyak cerita yang belum di tulis, semoga masih inget dan berkenan untuk dibaca.  Memulai tulisan kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya dan teman-teman berkunjung ke Museum Seni dan Budaya Jawa atau yang lebih terkenal dengan sebutan Museum Ullen Sentalu. 

Ullen Sentalu merupakan singkatan dari "ULating bLENcong SEjatiNTAtarining  LUmaku". berasal dari bahasa jawa yang artinya "Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan". Blencong adalah lampu minyak yang digunakan dalam pertunjukkan wayang kulit. 

Museum Ullen Sentalu didirikan oleh keluarga Haryono yang masih keturunan keraton Yogyakarta. Museum yang mulai dirintis pada tahun 1994 dan diresmikan 1 Maret 1997 ini didirikan di kaki triangulasi gunung Turgo, Merapi serta Plawangan dengan area seluas 1,2 Hektar yang dikembangkan. Area tersebut secara filosofis dinamakan nDalem Kaswargan atau Rumah Surga. 

Oke segitu aja sejarahnya sekarang kita menuju Museum Ullen Sentalu yang beralamat di jalan Boyong KM 25, Kaliurang Barat, Sleman, Yogyakarta.  
Pintu masuk Museum Ullen Sentalu (8 November 2014)
Tempat parkir kendaraan roda dua (8 November 2014)
Jalan menuju pintu masuk museum (8 November 2014)  
November 2014 adalah kali pertama saya datang ke museum ini bersama dengan teman-teman kuliah di STTN. Kami sampai di lokasi jam 8.00 pagi jadi belum ada yang jaga di pintu masuk dan loket penjualan tiket. Jam buka Museum ini mulai dari jam 8.30 pagi sampai 16.00 sore pada hari Selasa hingga Jum'at, dan pada hari Sabtu Minggu buka dari jam 8.30 pagi sampai 16.30 sore, sedangkan untuk hari Senin Museum tutup. Tiket masuk untuk Wisatawan Lokal Rp. 30.000 untuk dewasa dan Rp. 15.000 untuk anak usia 5-16 tahun.   Sedangkan Tiket masuk untuk Wisatawan Mancanegara Rp. 50.000 untuk dewasa dan Rp.30.000 untuk anak usia 5-16 tahun. Parkir roda dua dan roda empatnya gratis.

Tengah depan Andy Prasetyo, dari kiri Zulfikar Elran, Agus Nurrachman, Ovada Natalia, Fajar Julianto, Ferdy Fernando
( 8 November 2014)
Agenda Wajib ke Museum ini adalah foto didepan pintu masuk museum, yang ambil foto mba-mba penjaga pintu masuk.  

Loncat ke Juli 2015, saya kembali lagi ke Museum Ullen Sentalu kali ini mengajak Avinda a.k.a Istri dan Andy yang lagi punya waktu luang buat nemenin kita jalan-jalan. Kali ini kami ke Ullen Sentalu siang hari jam 13.00 dan ternyata sedang banyak pengunjung (rombongan wisata). 
Loket pembelian tiket masuk Ullen Sentalu (31 Juli 2015)
Harga tiketnya masih sama dengan tahun 2014

Agenda Wajib foto didepan pintu masuk museum ,dari kiri Avinda, Agus N, Andy P 
Sebelum masuk museum kita akan dikenalkan dengan seorang pemandu yang akan mendampingi kita selama selama berada didalam museum. Pertama pemandu akan menjelaskan peraturan selama didalam museum, diantaranya adalah tidak merokok, makan dan minum selama tour, tidak boleh menyentuh benda koleksi, tidak boleh mengambil gambar atau merekam benda koleksi. 

Ruangan pertama yang dikunjungi adalah Guwa Selo Giri (Gua Batu Gunung). Didalam ruangan ini terdapat ruang selamat datang, ruang pameran gamelan dan ruang pemeran foto-foto. Selama tour berlangsung pemandu akan menceritakan sejarah dari tiap koleksi, kita juga dibolehkan bertanya kepada pemandu. 

Ruang kedua adalah  Kampung Kambang yang terletak diatas air (mengambang) dibangun menyerupai kampung rumah orang Kalang yang tinggal di ibukota kuno Mataram Kini atau Mataram Islam periode Pertama (Mataram Islam periode Kedua adalah kurun waktu setelah perjanjian Giyanti) di Kotagede dengan jalanan sempit menyerupai gang dan dibuat berkelak-kelok menyerupai struktur labirin Minoan. Kampung Kambang terdiri dari lima ruang pamer museum, yaitu: Ruang Syair  untuk Tineke, Royal Room Ratoe Mas, Ruang Batik Vorstendlanden, Ruang Batik  Pesisiran, dan Ruang Putri Dambaan. 

Tempat ketiga adalah Koridor Retja Landa, museum luar ruangan yang memamerkan arca dewa-dewi Hindu dan Buddha dari abad ke-8 masehi. salah satu arca yang menarik adalah Ganesha. Perut Ganesha yang "buncit" memiliki filosofi yang menarik, konon sangking banyaknya ilmu pengetahuan maka sebagian disimpan dalam perutnya, sehingga perutnya membesar karena penuh dengan ilmu pengetahuan. 

Ruang Keempat adalah Sasana Sekar Bawana, di ruang ini dipamerkan beberapa lukisan raja Mataram, lukisan tari sakral  Bedhaya Ketawang, serta lukisan dan patung dengan tata rias pengantin gaya  Yogyakarta. setelah selesai menjelaskan koleksi diruangan ini kami dibawa ke ruang istriahat dan disuguhkan dengan minuman spesial yaitu Ratu Mas. Minuman ini merupakan resep rahasia racikan Kanjeng Ratu Mas, yang terdiri dari 7 bahan alami dan dipercaya bisa memberi kesehatan serta membuat awet muda. 

Terakhir kita dibawa ke ruang terbuka dimana ada relief dewi yang dipajang secara miring, yang memiliki makna untuk mengingatkan pemuda pemudi kita saat ini yang sudah sudah mulai bergeser ke kebudayaan asing untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan lokal. 


Releif Miring (8 November 2014)











Relief Miring (31 Juli 2015)


Di Ruang terbuka ini kita dibolehkan mengambil foto di depan relief miring tersebut. Tak terasa sudah 50 menit kita mengelilingi museum Ullen Sentalu dan ini merupakan akhir dari tour. selanjutnya kita dibawa keluar melalui gerbang belakang dimana ada Restoran Buekenhof dan Galeri untuk membeli oleh-oleh. 

Sekian dulu cerita kami jalan-jalan mengelilingi museum Ullen Sentalu, sampai ketemu di perjalan kami berikutnya... 


Sumber : 
  1. http://ullensentalu.com/
  2. https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Ullen_Sentalu